Berikut sebaran kasus aktif Covid 19 di 34 provinsi di Indonesia, Rabu (1/6/2022). Diketahui, hari ini terdapat penambahan kasus virus corona sebanyak 368 kasus. Sebelumnya, Selasa (31/5/2022), kasus positif Covid 19 bertambah 340 kasus.
Bertambahnya 368 kasus hari ini menjadikan total kasus Covid 19 di Indonesia sebanyak 6.055.341 kasus. Sementara itu, pada hari ini terjadi pengurangan kasus aktif Covid 19 sebanyak 182 kasus. Hal tersebut menjadikan total kasus aktif Covid 19 di Indonesia menjadi 3.141 kasus.
DKI Jakarta: 1.008 Jawa Barat: 472 Banten: 283
DI Yogyakarta: 169 Jawa Tengah: 148 Bali: 130
Jawa Timur: 125 Lampung: 124 NTB: 109
Sumatera Utara: 72 Gorontalo: 62 Papua Barat: 60
Papua: 54 NTT: 49 Sumbar: 45
Sulawesi Utara: 29 Sulawesi Selatan: 29 Maluku Utara: 22
Kalimantan Selatan: 21 Sumatera Selatan: 19 Maluku: 19
Kalimantan Barat: 17 Kalimantan Timur: 14 Jambi: 11
Kalimantan Tengah: 10 Sulawesi Tengah: 10 Kepulauan Riau: 9
Aceh: 5 Sulawesi Barat: 5 Sulawesi Utara: 4
Bengkulu: 1 Bangka Belitung: 0 Riau: 0
Diwartakan sebelumnya, menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky, adanya vaksin tidak terpakai dan akhirnya terbuang, memang sudah lazim dan harus bisa diprediksi sejak awal. Vaksin yang terbuang menurut Dicky dibedakan menjadi dua. Ada yang setelah terbuka, dan yang belum. Dan ini menurut Dicky perlu menjadi eveluasi tertentu dari pemerintah. "Karena kalau sudah dibuka terus ada yang terbuang, ini sebetulnya bukan bisa dibenarkan, tapi relatif bisa diterima. Walau ini harus menjadi evaluasi dari pemerintah," tegas Dicky.
Karena bisa saja orang yang ditargetkan divaksin saat itu tidak dapat terpenuhi. Tapi jika vaksin terbuang belum dibuka karena expired atau kondisi lain, ini bisa disebut karena administrasi dan manajemen. Ada kemungkinan tersimpan cukup lama, sistim distribusi yang terlalu birokratis dan sebagainya. Selain melakukan evaluasi, kondisi ini harus diberi tahu pada publik. Dengan tujuan dapat menjadi perhatian bersama di tengah fakta kebutuhan vaksin yang besar.
Banyak juga penduduk Indonesia yang belum mendapatkan vaksinasi. Atau bahkan distribusi yang tidak merata. Belum lagi pemberian vaksin yang mengalami hambatan dari sisi geografis. Ada pula kelompok masyarakat yang sulit dilakukan persuasif dan kendala lainnya.
"Menurut saya perlu perbaikan. Dimulai dari perbaikan catatan yang harus dilakukan. Lalu penyampaian strategi komunikasi risiko tidak bisa dipisahkan," tutupnya